Romo,
Rumah-rumah itu masih kukuh berdiri
Indah ditimpa sinar rembulan yang timbul tenggelam bersama laju awan
Malam itu, sungai tempat engkau berkaul, mendangkal oleh kemarau berkepanjangan
Sampah-sampah tetap saja terlihat walau disamarkan oleh temaram malam
Romo,
Kini, banyak belia bertandang
Duduk riang di awal dan penghujung malam, bercengkrama tentang segala hal
Dari trotoar, mereka melempar pandang, riang berdendang
Romo,
Bulan masih berpacu dengan awan
Kutengok langit dan kukabarkan
Di Code kehidupan terus berjalan
Code, 28 September 2007
Ramadan
Thursday, September 27, 2007
Merapal Mantra
Kami merapal mantra dengan sesaji gula batu, dua cangkir poci teh
Bersila di atas trotoar beralas tikar kusam
Asap kami semburkan dari batang-batang rokok yang terisap mulut tanpa jeda, mengganti dupa
Olok-olok tentang kehidupan, agama dan tuhan kami lantunkan bersama gelak tawa tertahan
Kami merapal mantra di bawah sinar rembulan yang berpacu dengan awan
Menepi di bibir sungai kerontang
Pandang, kami tebarkan menelisik sudut-sudut kusam bayangan
Kami merapal mantra
Menertawakan tuhan dan kehidupan
Berdiri di tubir jurang kegenitan
Seolah tuhan adalah mainan
Kami merapal mantra bersama kesadaran yang kian samar
Seolah, kamilah tuhan...
Kali Code, Jogja 28 September 2007
02.30 WIB
Bersila di atas trotoar beralas tikar kusam
Asap kami semburkan dari batang-batang rokok yang terisap mulut tanpa jeda, mengganti dupa
Olok-olok tentang kehidupan, agama dan tuhan kami lantunkan bersama gelak tawa tertahan
Kami merapal mantra di bawah sinar rembulan yang berpacu dengan awan
Menepi di bibir sungai kerontang
Pandang, kami tebarkan menelisik sudut-sudut kusam bayangan
Kami merapal mantra
Menertawakan tuhan dan kehidupan
Berdiri di tubir jurang kegenitan
Seolah tuhan adalah mainan
Kami merapal mantra bersama kesadaran yang kian samar
Seolah, kamilah tuhan...
Kali Code, Jogja 28 September 2007
02.30 WIB
menanti rembulan
menanti rembulan
ku bercakap dengan angin
bergulat dengan kering
mendesah bersama gulita
menanti rembulan
ku mengobati luka
melongok bilik-bilik maya
terkapar bersama dia
menanti rembulan
ku mengeja air mata
mematut-matut hati
menyimak detak-detak masa
menanti rembulan
ku sadar ia tak pernah datang...
jogja, 27 Agustus 2007
ku bercakap dengan angin
bergulat dengan kering
mendesah bersama gulita
menanti rembulan
ku mengobati luka
melongok bilik-bilik maya
terkapar bersama dia
menanti rembulan
ku mengeja air mata
mematut-matut hati
menyimak detak-detak masa
menanti rembulan
ku sadar ia tak pernah datang...
jogja, 27 Agustus 2007
Monday, September 17, 2007
Kopi Jos
segelas kopi pekat
sebongkah arang
dan
sumbang serak pengamen belia
hangatkan kita yang bersila di atas tikar kusam kehidupan
sebongkah arang
dan
sumbang serak pengamen belia
hangatkan kita yang bersila di atas tikar kusam kehidupan
Jogja, 17 September 07
Wednesday, September 5, 2007
ini hanyalah puisi
Kawan...
Kata yang menindih mu saat malam menjelang adalah hasrat purbawi yang begitu lama kau tahan dalam tempurung akal tanpa hayal.
Kawan...
Goresan yang yang kau torehkan telanjang di sisi ragamu adalah selimut yang tak jua mampu hangatkan kegelisahanmu yang terus menggeliat mencari desah.
Kawan....
Pencarianmu bisa jadi adalah liang senggama terdalam yang takkan pernah lemparkan engkau dalam desah-desah panjang, puncak kenikmatan.
ini hanyalah rangkain kata, dan bayang yang berkelibat dari tiap makna yang kau sarikan adalah jembatan yang
ini hanyalah puisi...
untuk mu
dari ku
Semarang, 5 September 07
Subscribe to:
Posts (Atom)