Thursday, September 27, 2007

Kabar untuk Mangun Wijaya

Romo,
Rumah-rumah itu masih kukuh berdiri
Indah ditimpa sinar rembulan yang timbul tenggelam bersama laju awan
Malam itu, sungai tempat engkau berkaul, mendangkal oleh kemarau berkepanjangan
Sampah-sampah tetap saja terlihat walau disamarkan oleh temaram malam

Romo,
Kini, banyak belia bertandang
Duduk riang di awal dan penghujung malam, bercengkrama tentang segala hal
Dari trotoar, mereka melempar pandang, riang berdendang

Romo,
Bulan masih berpacu dengan awan
Kutengok langit dan kukabarkan
Di Code kehidupan terus berjalan

Code, 28 September 2007
Ramadan

Merapal Mantra

Kami merapal mantra dengan sesaji gula batu, dua cangkir poci teh
Bersila di atas trotoar beralas tikar kusam
Asap kami semburkan dari batang-batang rokok yang terisap mulut tanpa jeda, mengganti dupa
Olok-olok tentang kehidupan, agama dan tuhan kami lantunkan bersama gelak tawa tertahan

Kami merapal mantra di bawah sinar rembulan yang berpacu dengan awan
Menepi di bibir sungai kerontang
Pandang, kami tebarkan menelisik sudut-sudut kusam bayangan

Kami merapal mantra
Menertawakan tuhan dan kehidupan
Berdiri di tubir jurang kegenitan
Seolah tuhan adalah mainan

Kami merapal mantra bersama kesadaran yang kian samar
Seolah, kamilah tuhan...

Kali Code, Jogja 28 September 2007
02.30 WIB

menanti rembulan

menanti rembulan
ku bercakap dengan angin
bergulat dengan kering
mendesah bersama gulita

menanti rembulan
ku mengobati luka
melongok bilik-bilik maya
terkapar bersama dia

menanti rembulan
ku mengeja air mata
mematut-matut hati
menyimak detak-detak masa

menanti rembulan
ku sadar ia tak pernah datang...


jogja, 27 Agustus 2007

Monday, September 17, 2007

Kopi Jos

segelas kopi pekat
sebongkah arang
dan
sumbang serak pengamen belia
hangatkan kita yang bersila di atas tikar kusam kehidupan

Jogja, 17 September 07

Wednesday, September 5, 2007

ini hanyalah puisi

Kawan...

Kata yang menindih mu saat malam menjelang adalah hasrat purbawi yang begitu lama kau tahan dalam tempurung akal tanpa hayal.

Kawan...

Goresan yang yang kau torehkan telanjang di sisi ragamu adalah selimut yang tak jua mampu hangatkan kegelisahanmu yang terus menggeliat mencari desah.

Kawan....

Pencarianmu bisa jadi adalah liang senggama terdalam yang takkan pernah lemparkan engkau dalam desah-desah panjang, puncak kenikmatan.

Kawan...

ini hanyalah rangkain kata, dan bayang yang berkelibat dari tiap makna yang kau sarikan adalah jembatan yang kan hantar engkau dalam rengkuhan tak berkesudahan.

ini hanyalah puisi...

untuk mu

dari ku



Semarang, 5 September 07