Sunday, December 23, 2007
gerimis pagi dan sore
tak kulihat cahaya mentari seperti pagi-pagi yang lalu terhadang hujan yang tak terlalu deras dengan mendung tebal
buah jagung belum lagi terpetik dari batangnya
perempuan tua berpayung sepotong plastik di kepala berjalan menggendong bakul di punggung terikat selendang
tetap basah oleh percik hujan
jalanan lengang
hanya percik rintik hujan beradu debu, begitu lamat terdengar
II
mendung menggantang di langit sore yang temaram
petani memanggul cangkul melangkah pulang pelan
gerimis
pohon jagung mulai berbuah dua atau tiga biji
bocahku terus bermain, asyik
sepoi angin menghembus dari pematang
bergelombang dahan tertahan
Tuesday, November 13, 2007
Lima W + Satu H
Kenapa nada tak jua berdendang
Kenapa hasrat tak jua melenggang
Kenapa rasa tak jua mengerang
Kapan kata hendak datang
Kapan nada hendak mendendang
Kapan hasrat hendak melenggang
Kapan rasa hendak mengerang
Siapa mau berkata
Siapa mau bernada
siapa mau berhasrat
Siapa mau berasa
Wednesday, October 10, 2007
Doa Saritem di Penghujung Ramadlan
Aku puasa;
menahan makan dan minum hingga bedug maghrib
tak melayani pria hidung belang
dilarang satpol PP
Tuhan,
hari ini
Puasa terakhir
Selamat lebaran
Mohon maaf lahir batin....
Tuhan
Bolehkahkan aku puasa lagi tahun depan
Tanpa razia dan paksaan
Amin...
Bedugul
Ku panjatkan seluruh lelah dalam tiap rekah angan yang merona saga
Dan...
Di Bedugul
ku bersaksi atas hening yang lekang
karena berjuta hasrat menghunjam porak-poranda
Dan...
Di bedugul
Ku siangi danau dalam kilas pandang
Di temani langit yang membisu
di bedugul
ku menakar makna yang tak jua ku temu hingga kembali bersama jemu
Bedugul, 4 Dec 2006
Thursday, September 27, 2007
Kabar untuk Mangun Wijaya
Rumah-rumah itu masih kukuh berdiri
Indah ditimpa sinar rembulan yang timbul tenggelam bersama laju awan
Malam itu, sungai tempat engkau berkaul, mendangkal oleh kemarau berkepanjangan
Sampah-sampah tetap saja terlihat walau disamarkan oleh temaram malam
Romo,
Kini, banyak belia bertandang
Duduk riang di awal dan penghujung malam, bercengkrama tentang segala hal
Dari trotoar, mereka melempar pandang, riang berdendang
Romo,
Bulan masih berpacu dengan awan
Kutengok langit dan kukabarkan
Di Code kehidupan terus berjalan
Code, 28 September 2007
Ramadan
Merapal Mantra
Bersila di atas trotoar beralas tikar kusam
Asap kami semburkan dari batang-batang rokok yang terisap mulut tanpa jeda, mengganti dupa
Olok-olok tentang kehidupan, agama dan tuhan kami lantunkan bersama gelak tawa tertahan
Kami merapal mantra di bawah sinar rembulan yang berpacu dengan awan
Menepi di bibir sungai kerontang
Pandang, kami tebarkan menelisik sudut-sudut kusam bayangan
Kami merapal mantra
Menertawakan tuhan dan kehidupan
Berdiri di tubir jurang kegenitan
Seolah tuhan adalah mainan
Kami merapal mantra bersama kesadaran yang kian samar
Seolah, kamilah tuhan...
Kali Code, Jogja 28 September 2007
02.30 WIB
menanti rembulan
ku bercakap dengan angin
bergulat dengan kering
mendesah bersama gulita
menanti rembulan
ku mengobati luka
melongok bilik-bilik maya
terkapar bersama dia
menanti rembulan
ku mengeja air mata
mematut-matut hati
menyimak detak-detak masa
menanti rembulan
ku sadar ia tak pernah datang...
jogja, 27 Agustus 2007
Monday, September 17, 2007
Kopi Jos
sebongkah arang
dan
sumbang serak pengamen belia
hangatkan kita yang bersila di atas tikar kusam kehidupan
Wednesday, September 5, 2007
ini hanyalah puisi
Kawan...
Kata yang menindih mu saat malam menjelang adalah hasrat purbawi yang begitu lama kau tahan dalam tempurung akal tanpa hayal.
Kawan...
Goresan yang yang kau torehkan telanjang di sisi ragamu adalah selimut yang tak jua mampu hangatkan kegelisahanmu yang terus menggeliat mencari desah.
Kawan....
Pencarianmu bisa jadi adalah liang senggama terdalam yang takkan pernah lemparkan engkau dalam desah-desah panjang, puncak kenikmatan.
ini hanyalah rangkain kata, dan bayang yang berkelibat dari tiap makna yang kau sarikan adalah jembatan yang
ini hanyalah puisi...
untuk mu
dari ku
Semarang, 5 September 07
Wednesday, August 29, 2007
melingkar aroma Jogja
tikar,
duduk melingkar
dan lantunan musik jalanan
bersama sepiring mie goreng
melempar kami kian dalam dalam aroma jogja
Jogja, 27 Agustus 07
Tuesday, August 14, 2007
Dua Pucuk Cemara
dan ...
Thursday, July 5, 2007
selamat malam amour
ini seprai kuning emas
kusulam dari langit jantung
tidurlah engkaupada lelahku yang pasrah
pada pelukku yang keluh
selamat bermimpi, amour
inilah gumpalan busa
kutumpuk dari purba rindu
terbanglah engkau
pada sayapku yang patah
pada mataku yang gelap
aku tak sanggup membawamu,amour
karena engkau
kini telah berat pada jelma angan
aku tak sanggup memelukmu, amour
karena engkau
kini telah pegal pada rasa khayal
aku tak sanggup menciumimu, amour
karena engkaukini telah rekah.........pada asmara awang.
(Kupungut dari kelibat kenangan seorang teman masa lalu)
Wednesday, July 4, 2007
Keluh Tak Bertepi
Kupersembahkan setangkai puisi layu yang kupetik dari dahan patah pohon kehidupan yang tumbuh merangas di pinggir-jalan peradaban yang kehilangan siang.
Tuan...
Kupersembahkan sebuah gambar lusuh yang kupungut dari bilik kegelisahan yang telah lama ditinggalkan penghuninya yang sibuk melayang memburu bayang-bayang tak berbadan.
Tuan...
Kupersembahkan deretan kata yang kujumput begitu saja dari lorong-lorong tenggorokan yang kering ditinggalkan berjuta butir ludah yang memuai kerna keluh tak bertepi.
Bersetubuh dengan Sepi
cobalah,
tengok bilik hati
tanggalkan tiap helai benang dari raga
lepaskan seluruh hasrat hingga memuai di langit angan-angan tanpa bayang
saat kesepian mendekapmu
bayangkanlah, berjuta tangan menengadah menanti hasrat yang tak pernah singgah
dan
saat sepi hengkang
kau...
kan merinduinya
lebih di atas lebih gairah yang meregang di ufuk berisik desah
bersama
hening dalam bilik sepi